*Kita dan Muadzin*
Bisnis Kangen Water
Suara adzan terdengar jelas, padahal belum subuh. Suaranya pasti bukan hanya saya yang mendengar, tapi ratusan bahkan mungkin ribuan orang.
Bila dari seribu yang mendengar lantunan adzan, 10 orang aja yang kemudian terbangun karenanya, lalu 2 yang memutuskan qiyamullail, artinya si muadzin ikut mendapat pahala qiyamullail dari 2 orang itu.
Bagaimana kalau dari seribu itu, 100 yang mendengar, 50 yang bangun, dan 10 yang qiyamullail? Pahalanya tentu lebih banyak lagi.
Bukan apa-apa, *di salat malam inilah tidak ada penghalang antara hamba dan Sang Pencipta*. Apa yang diminta hamba, PASTI dikabulkan atau ditukar dengan yang jauh lebih baik.
Sayangnya tulisan ini tidak membahas tentang faedah shalat malam, melainkan "kerjaan" muadzin yang membangunkan orang lewat pengeras suara.
Dia adzan bukan untuk membangunkan dan dia pun tidak akan kecewa atau jadi menderita seandainya tidak ada yang bangun seorang pun. Dia melakukan adzan jauh sebelum subuh hanyalah "tugas" dari Allah seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Tapi, pekerjaannya justru membantu orang-orang yang sudah punya niat shalat malam untuk bangun sebelum subuh. Atau malah, membangunkan orang sehingga jadi niat untuk shalat malam.
Apa pun itu, pointnya adalah "melakukan tanpa harapan, sekedar menjalankan sunnah Rasulullah SAW".
Saat saya edukasi, seorang prospek ternyata berlatar belakang bisnis properti online. Dia bernaung dibawah sebuah agency yang secara rutin memberikan pelatihan gratis internet marketing untuk seluruh agennya.
Katanya, _*"bisnis online gak butuh kemahiran internet. Cukup rajin aja, rajin posting. Nanti juga ada yang nyangkut."*_
Logika saya, dari -katakanlah- 100 postingan iklan per bulan, yang baca ada 10 orang. Lalu yang minat ada 1 orang. Bila dia rutin melakukan itu dalam 3 bulan, artinya ada 3 yang minat. Wajar kalau menghasilkan closing 1.
Logika angka ini juga dipakai oleh seorang tukang bengkel tambal ban dalam mencari lokasi bengkelnya. Saya pernah diberhentikan seseorang saat naik motor yang ternyata mau numpang, dia tukang bengkel tambal ban.
Dia cerita, untuk menentukan lokasi tambal ban, lihat berapa motor per hari yang lewat situ. Cek tiap waktu, misal pagi, siang, sore, dan malam. Logikanya, dari 100 yang lewat, setidaknya ada 1 yang butuh jasa bengkel.
Sekarang, tinggal hitung 100 motor yang lewat dalam durasi berapa lama? 30 menit kah? 1 jam kah? Atau malah lebih lama lagi. Semakin singkat, tentu semakin besar peluang lakunya yang artinya semakin tinggi biaya sewa.
_(Kebayang kan kalau pasang ranjau paku, tentu semakin banyak yang butuh bantuan hi...hi... Naudzubillah, semoga semakin banyak tukang tambal ban yang sadar bahaya makan uang haram)._
Dengan kata lain, *sukses tidak cukup dengan menjadi ahli.* Seseorang butuh "permainan angka" agar menghasilkan. Permainan angka itu bernama "menambah kuantitas"'alias *R A J I N.*
Sekarang mari kita pulang ke rumah dan lihatlah mesin Kangen Water yang menghiasi salah satu sudut rumah kita.
_*Berapa banyak orang yang sudah mengkonsumsi Kangen Water dari mesin ini?*_
_*Berapa banyak orang yang sudah diedukasi, didemokan, serta dijelaskan marketing plannya?*_
_*Berapa banyak yang dipromosikan ke Kangen Gathering?*_
_*Berapa banyak yang di follow up?*_
_*Berapa banyak yang memutuskan join dengan membeli mesin?*_
Tentu angka-angka itu semakin mengerucut. Tapi kita tahu, bila ingin memperbesar angka di akhir, tentu jauh lebih perbesar lagi angka di awal.
Atau,
Bila ingin memperbesar angka di "jumlah yang membeli mesin" maka perbesarlah angka orang yang "mengkonsumsi Kangen Water dari mesin sendiri."
Hampir sama dengan tukang bengkel dan muadzin, kita tak mengendalikan siapa yang akan beli mesin. Sama seperti bengkel yang tidak mengendalikan siapa yang akan mampir menambal ban.
Pun muadzin, tidak peduli siapa yang bangun pagi itu.
Tugas kita hanyalah memastikan *"benar dalam proses dan hitungan angkanya".* Masalah hasil sudah wilayah Allah SWT. Pasrahkan saja.
Tidak perlu iri dengan pencapaian orang lain, fokus kita bukan pada hasil orang lain, melainkan proses diri sendiri.
Saya cukup salut kepada salah satu tim saya yang belum punya mesin tapi memutuskan untuk membuat Kangen Gathering dimana ia menjadi pembicaranya.
Katakanlah dari 20 undangan menghasilkan angka kehadiran 3 orang. Gak masalah, tingkatkan angka yang diundang, agar meningkatkan jumlah yang datang, otomatis peluang yang join jauh lebih besar.
Tapi sekali lagi, *tak perlu menderita bila tidak ada yang bangun subuh, eh join. Anggap saja kita muadzin yang memanggil orang untuk sehat dan sejahtera.*
Biarkan Allah yang menyampaikan seruan kita kepada orang-orang yang tepat. Pada hakikatnya, bangun sebelum subuh pun bukan karena mendengar suara adzan, tapi karena kuasa Allah.
Bila Allah mencintai seseorang, DIA akan "mengajak bertemu" hambaNya di sepertiga malam. Duhai hamba Allah, adakah diantara kita yang beruntung dicintaiNya dini hari tadi?
Adakah diantara kita yang ingin menjadi hamba yang dicintaiNya? Yuk niatkan bangun malam dan dengarkan lantunan adzan sebelum subuh, lalu dirikan shalat qiyamullail.
Disinilah tak ada batas antara hamba dan Sang Pencipta. Inilah rahasia sukses bisnis kita.
Wallahu a'lam
_Depok, 7 Oktober 2016_
*Ahmad Sofyan Hadi*
*#KAT*
*#ASSYST*