anak yang barokah

Studium Generale
Parenting Nabawiyah
Akademi Keluarga Mustawa 2
Jumat, 27 November 2015
Oleh Ustadz Budi Ashari, Lc
Di Startup Center Depok

Resume oleh Niswah Ummu Faaid

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً تَكُونُ مِثْلَ الْمُسْلِمِ وَهِيَ النَّخْلَةُ

Sesungguhnya di antara jenis pohon ada yang seperti seorang Muslim (keberkahannya), yaitu pohon kurma. [HR. Bukhari No.5028].

Menanam pohon kurma membutuhkan keyakinan bertahun-tahun hingga nantinya bisa berbuah manis. Tanpa rekayasa genetika, kurma yang ditanam dari biji baru akan berbuah pada tahun kedelapan. Inilah buah kesabaran dari petani kurma. Namun keyakinan dan kesabaran dalam menanam kurma, kelak akan terbayar dengan hasil yang dicapai. Bayangkan, hasil satu pohon kurma selama satu tahun kira-kira setara dengan satu hektar padi jika diuangkan. Satu hektar padi rata-rata memberikan keuntungan 4 juta rupiah dalam satu musim tanam (4 bulan). Jika setahun sekitar 12 juta/hektar. Sedangkan satu pohon kurma dalam setahun menghasilkan 80 kg buah kurma. Jika ruthob dijual Rp. 150.000/kg saja maka menghasilkan 12 juta rupiah/pohon/tahun. Itu baru satu pohon kurma, bagaimana jika satu hektar kurma? Masya Allah...

Pohon kurma dapat hidup selama ratusan tahun, dan terus menerus memberikan buahnya saat panen tanpa perlu kita menggantinya dengan tanaman baru setiap musim. Tanpa perlu kita mengolah tanah kembali setiap musim. Pohon kurma mudah perawatannya. Jika penanaman sawit dalam skala luas merusak ekosistem, maka penanaman kurma dalam skala besar memunculkan mata air, seperti oase di padang pasir.

Keyakinan dan kesabaran seperti menanam kurma itulah bekal kita mendidik anak. Setiap muslim dalam setiap fase kehidupannya seharusnya mempunyai keberkahan, seperti keberkahan pohon kurma sepanjang hidupnya.

Begitu juga dengan hadirnya anak sebagai qurrota a'yun, penyejuk pandangan. Maka sepanjang usia anak seyogyanya terasa manis, menyejukkan, dan bermanfaat bagi orangtuanya. Jika ada anak yang bermasalah, mengesalkan, terasa sepet bagi orangtuanya, maka ada yang salah dalam mendidiknya.

Maka marilah kita belajar melalui keberkahan pohon kurma. Pohon kurma melewati 6 fase sejak keluarnya mayang (thala') hingga kurma kering (tamr).

1. Thala' (mayang) diibaratkan usia bayi 0-2 tahun. Fase ini, thala' berwarna krem, aroma dan fungsinya sama seperti sperma manusia. Satu pohon kurma jantan thola' dapat menyerbuki 20 pohon kurma betina. Namun mengapa jika kita menanam biji kurma, rasio pohon jantan : betina kira-kira 1:1? Jawabannya karena Allah memberikan keberkahan melalui thala' ini. Thala' bermanfaat untuk kesuburan manusia maupun hewan. Satu pohon jantan dapat menyerbuki 20 pohon betina, selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kesuburan manusia dan ternak.

Bagi anak, fase 0-2 tahun ini merupakan fase penyusuan sempurna. Menyusu langsung agar ia mendapatkan kenyamanan dan ikatan hati. Tentu saja kehadirannya secara fitrah membahagiakan kedua orangtuanya.

2. Fase kholal, ibarat anak usia 2-7 tahun.
Berwarna hijau, masih berupa pentil kurma. Rasanya sepet. Kurma hijau (pentil) juga dimanfaatkan untuk kesuburan. Fase ini terasa menyenangkan dalam pandangan walaupun belum terasa manis. Seperti itulah anak usia 2-7 tahun, menyenangkan dalam pandangan.

3. Fase balah, diibaratkan anak usia 7 tahun. Warnanya semburat merah, rasanya sepet-sepet manis seperti salak. Usia 7 tahun ini diberi tempat khusus, yaitu diperintahkan untuk sholat secara benar. Pada usia 7 tahun ini pembiasaan ibadah benar-benar diperhatikan dengan keteladanan dari orangtuanya.

4. Fase busr, seperti anak usia 10 tahun. Berwarna kuning, mulai terasa enak. Pada usia ini jika anak tidak sholat maka pukullah dengan pukulan yang mendidik. Evaluasi ibadah dan ruhiyahnya.

5. Fase ruthob (kurma masak), ibarat anak usia baligh.
Ruthob berwarna kecoklatan, rasanya manis sempurna dan enak, namun mudah rusak.

Dengan pembiasaan ibadah dan akhlak pada fase sebelumnya, fase baligh ini sudah saatnya memanen hasilnya. Anak sudah punya kewajiban ibadah. Jika pembiasaan pada fase sebelumnya berjalan dengan baik, maka pada fase ini anak akan melaksanakan kewajibannya dengan kesadaran sendiri.

Banyak orang beranggapan bahwa usia baligh ini usia labil dimana anak susah diatur. Padahal sebagai qurrota a'yun, di segala usia anak fitrahnya menyejukkan pandangan orangtua. Manisnya iman atas pendidikan yang benar dalam fase sebelumnya bisa dilihat di fase ini. Namun sifatnya seperti ruthob, mudah rusak. Maka perlu dijaga dan dinasihati agar tetap menjaga Allah dalam setiap aktivitasnya.

6. Fase tamr / kurma kering, ibarat pemuda (ar-rusyd). Berwarna hitam, mengandung nutrisi lengkap, rasanya manis.

Di usia ini, pemuda harus sudah siap berdaya guna. Tidak ada istilah usia remaja (10-19 tahun versi BKBBN) dimana umumnya digambarkan sebagai usia yang labil dan susah diatur. Dalam masa kejayaan Islam, rata-rata pemuda 19 tahun sudah bisa menjadi orang hebat bahkan ulama besar. Begitu pula seharusnya masa kini.

Indikator usia pemuda ada tiga : mampu menyimpan, membelanjakan, dan mengembangkan uang. Jika sudah bisa melaksanakan indikator tersebut, maka di usia rusyd ini ia sudah bisa menerima beban tanggung jawab, termasuk menikah. Jika ia sudah mampu dalam ketiga indikator tersebut, maka nikahkanlah agar bisa berkarya lebih besar.

-------
👉Ada dua dari enam fase kurma yang disebutkan dalam Alquran, yaitu thola'/mayang (QS Qof:10) dan ruthob (QS Maryam:25). Artinya, dalam usia penyusuan dan baligh, anak harus benar-benar diperhatikan.

👉Usia 7-12 tahun adalah masa kanak-kanak yang tenang. Beri bekal ruhiyah yang kuat agar ia memiliki akhlak mulia sebagai bekal bersosialisasi dengan teman-temannya.

Ini merupakan usia tamyiz yaitu fase menjelang baligh. Di usia tamyiz, anak bisa membedakan mana baik dan mana buruk termasuk dalam memilih teman. Di usia tamyiz, ia bersiap-siap menjadi orang dewasa.

Usia 7-12 tahun anak-anak sudah bisa bersikap amanah, jujur, dan adil. Jika ada indikator yang tidak terpenuhi, maka perlu dievaluasi.

Masa kanak-kanak yang tenang ini perlu dididik life skill untuk mengasah bakat dan keterampilannya. Tapi bukan semata-mata untuk menghasilkan uang. Belum saatnya 'panen' lebih awal. Ini hanyalah pembelajaran agar bisa survive di masa depan. Jika dipaksakan 'panen', maka kelak akan sepet buahnya, bukan manis.

Maka tetaplah dalam keyakinan dan kesabaran yang kuat dalam mendidik anak-anak. Tugas orangtua adalah menanamnya dengan baik, membekali anak dengan tauhid agar kelak berbuah manis dengan izin Allah.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit," (QS: Ibrahim Ayat: 24)

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

"Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS: Ibrahim Ayat: 25).

Wallahu a'lam bishshowab.
Semoga bermanfaat
Depok, 1 Desember 2015

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan