Ilmu bukanlah diukur dengan
banyaknya seseorang :
□ berbicara masalah agama,
□ semisal memberikan nasihat,
□ mengumpulkan catatan,
□ berbagi catatan,
□ membahas suatu permasalahan
□ atau berbantah-bantahan sekedar utk "menampakkan" diri sbg orang yang berilmu.
Tapi ilmu adalah sejauh mana rasa takut seseorang kepada Allah.
Yang dengan rasa takutnya itu ia akan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Yang dengan rasa takutnya itu ia akan senantiasa menahan dirinya dari akhlak yang buruk dan dari
kezhaliman semisal
□ berkata kasar,
□ mencaci-maki,
□ mencela,
□ atau merendahkan saudaranya
sesama muslim.
Yang dengan rasa takutnya itu ia
akan senantiasa menjaga relung-
relung hatinya dari sifat
□ ujub,
□ sombong,
□ hasad,
□ dan berbagai penyakit hati lain yang dapat membinasakannya.
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu berkata:
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻜﺜﺮﺓ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﺨﺸﻴﺔ
"Ilmu itu bukanlah banyaknya (hafalan) riwayat, melainkan rasa takut (kepada Allah)."
(Al Fawa'id, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
ORANG YANG TAKUT KEPADA ALLAH, itulah ORANG YANG BERILMU, yang dengan ilmunya menyampaikan mrk kpd RASA TAKUT KEPADA ALLAH.
Allah Ta'ala berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ
"Sesungguhnya yang TAKUT KEPADAALLAH di antara hamba²Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)" (QS. Fathir: 28).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan:
"Maknanya adalah, tidak ada yang merasa takut kepada-Nya kecuali SEORANG BERILMU.
Ini artinya, Allah memberitakan bahwa SETIAP ORANG YANG TAKUT KEPADA ALLAH maka ITULAH ORANG YANG BERILMU."
(Al-Iman, takhrij Syaikh Al-Albani rahimahullah)