Sharing tentang FONTERA ... ternyata koperasi juga bisa kerrennn :
Beberapa bulan yang lalu, saya me-reshare sebuah tulisan tentang Pengusaha WNI yang memiliki peternakan di New Zealand. Reza Abdul Jabbar, pria kelahiran Pontianak 37 tahun silam ini sukses merantau ke New Zealand.
Berawal dari 20 sapi, kini Pak Reza memiliki 20.000 ekor sapi diatas 800 hektar lahan. Jika 1 Sapi mampu menghasilkan 6.000 liter susu per tahun, maka dalam setahun... peternakannya mampu menghasilkan 120 juta liter susu.
Yang menarik, 20.000 sapi ini hanya dikelola oleh 6 orang karyawan. Peternakan yang terletak di kota invercargill ini dikelola secara modern. Beberapa langkah pengelolaan menggunakan mesin dan robot.
Tulisan Saya kali ini tidak akan membahas tentang kehebatan teknologi peternakan milik Pak Reza. Guru Saya selalu memberikan pesan mendalam : "Rend, jika kamu membaca sesuatu, maka bacalah dari sudut baca yang berbeda."
Inilah yang akan Saya suguhkan ke para pembaca setia... sebuah sudut baca berbeda...
*****
Selain 50 halaman PDF profil koperasi Fonterra (koperasi pengolahan susu yang membeli susu dari peternak NZ), Saya juga telah membaca sekitar lebih dari 10 halaman tautan yang membahas tentang Pak Reza. Hampir semuanya berawal dari kunjungan Gubernur Kalbar dan kunjungan beberapa perwakilan pemerintah yang akhirnya diliput.
Ujung dari semua tulisan itu adalah keinginan besar para peserta studi banding untuk menerapkan teknologi peternakan NZ ke Indonesia. Langkahnya mengajak investasi dan memagangkan banyak mahasiswa peternakan ke New Zealand. Baik magang di peternakan, maupun ke industri pengolahan susu. Harapannya, apa yang terjadi di New Zealand bisa di copaste ke Indonesia.
Hhmm.... Saya menghormati dan menghargai usaha tersebut. Proses magang dan ngajak investasi pastilah ada dampaknya, tetapi bukan itu yang seharusnya diutamakan. Kunci keberhasilan utama peternakan di New Zealand adalah EKOSISTEM KOPERASI yang dibentuk oleh koalisi 10.500 peternak yang ada.
Begini...
Peternak Sapi itu menghasilkan bahan baku. Susu fresh yang diperas dari sapi yang ada. Nah... nilai pertambahan nilai yang terjadi berada di titik industri pengolahan. Output susu bubuk kering itulah yang dibeli user.
Yang membuat peternak New Zealand sejahtera adalah... mereka MEMILIKI industri pengolahannya sendiri. 10.500 peternak melakukan PATUNGAN modal guna membangun Koperasi yang nantinya bertugas MEMBELI bahan baku yang mereka hasilkan.
Terdapat 10.500 peternak yang akhirnya sepakat membangun koperasi bersama bernama FONTERRA.
Fonterra memiliki kapasitas pengolahan 15 juta liter susu per hari. Dimana produk akhirnya adalah dry powder atau susu bubuk kering, yang kemudian menyuplai kebutuhan 30% susu bubuk dunia. Saya akan jelaskan pada bagian berikutnya, bagaimana hebatnya Fonterra ini. Kita fokus pada bisnis modelnya dulu.
Kunci lestarinya entitas peternak ada pada HARGA BELI industri setelahnya. Berapa dollar industri pengolahan membeli bahan baku susu perah dari peternak?
Jika harga beli jatuh, maka peternak tidak akan bertahan, gak akan ada yang mau jadi peternak, dan entitas peternak akan mati.
Jika harga jual tinggi, entitas peternak akan hidup lestari, peternak bisa melakukan investasi pada mesin modern. Biaya peternakan akan efisien.
Disinilah KUNCI dari EKOSISTEM KOPERASI yang bekerja, FONTERRA sebagai industri yang membeli bahan baku susu adalah MILIK PARA PETERNAK. Maka tidak mungkin Fonterra menyakiti shareholders nya sendiri. Pasti Fonterra akan membeli dengan harga terbaik.
Maka, pada web Fonterra, kita akan menemukan istilah FONTERRA Co-Op. Bukan Fonterra Corp. Disanalah kunci keberhasilan ekosistem peternakan Sapi New Zealand.
*****
Berikut ulasan Saya pada Koperasi FONTERRA :
1. Fonterra dimiliki oleh 10.500 peternak yang ada di NZ.
2. Fontera memiliki 487 tangki berkapasitas 20.000 liter, bekerja antar shift dengan total olahan 15 juta liter susu per hari.
3. Fonterra memiliki 4 laboratorium riset. Mempekerjakan 400 scientist (para doktor ahli dadi berbagai belahan dunia). Melakukam belanja riset sebesar 1M USD dalam setahun terakhir.
Ini setara 14 T rupiah untuk riset pengembangan peternakan, baik riset temuan intensifikasi peternakan, efisiensi perawatan, hingga temuan pengolahan. 14 T yang siap dibakar percuma, entah hasil riset berhasil atau tidak. Ini keberanian investasi yang mendebarkan.
Lab Fonterra juga menjadi motor bagi lahirnya pabrik Lactoferrin di Hautapu. Fonterra melakukan belanja investasi sebesar 11 juta dollar untuk menbangun ini. Lactoferrin merupakan "iron-binding protein" yang permintaannya tinggi di Asia.
4. Fonterra merupakan industri pengolahan susu yang memiliki produk output dry powder atau susu bubuk kering. Bahan baku susu bubuk kering ini kemudian disupply ke berbagai pabrik brand susu besar di seluruh belahan dunia.
5. Fonterra mengklaim telah melayani 100 negara, dengan mensupplai kebutuhan susu untuk 1 milliar manusia lebih diseluruh belahan dunia.
6. Fonterra tidak melantai di bursa saham yang penuh spekulan. Para punggawa koperasi NZ percaya bahwa mereka harus melindungi ekosistem bisnis mereka dari spekulan yang akan merusak harga.
7. Fonterra memiliki beberapa filosofi gerak yang secara umum adalah :
kepemilikan Fonterra adalah bersama.
Komitmen menjaga kerjasama saling menguntungkan antara entitas koperasi dan peternak.
Voting dalam rapat anggota ditentukan dari seberapa besar supply susu peternak ke fonterra, yang supplynya paling besar, memiliki block vote yang besar dalam rapat anggota. Rapat anggota didalam koperasi adalah fungsi tertinggi yang dapat memilih CEO beserta jajarannya.
8. Fonterra berkomitmen untuk membeli semua hasil susu dari peternak selama sesuai dengan kesepakatan yang ada. Seluruh transaksi di Fonterra terbuka transparan. Jadi bakal ketahuan kalo belinya kemurahan atau kemahalan, karena semua angka-angka dibuka ke peternak.
9. Fonterra mempekerjakan 22.000 karyawan dari berbagai dunia. 6.000 Karyawan telah bekerja lebih dari 10 tahun, dan 1.500 karyawan telah bekerja lebih dari 25 tahun.
10. Para top manajemen di Fonterra digaji tinggi sesuai dengan survey riset gaji yang ada di NZ. Para top manajemen Fonterra pun harus dibuka angka gajinya sebagai bentuk pertanggung jawaban ke publik. Tidak boleh terlalu kecil, dan tidak boleh terlalu besar.
11. Fonterra memiliki program Fonterra Milk for School. Setiap hari, Fonterra membagikan 200 ml susu gratis setiap pagi ke 1.488 sekolah di NZ (68% dari total sekolah yang ada).
140.000 anak setiap hari minum susu Fonterra. 68 juta pack sudah terdistribusi dari program ini
12. Fonterra juga menyediakan 125.000 sarapan gratis setiap pekannya ke 870 sekolah terpilih dengan program KickStart Breakfast. Program ini telah menyalurkan 13 juta pack breakfast.
Wajar maju, sedekahnya segini brosist... ampun...
13. Fonterra telah mendanai 2.000 proyek komunitas lokal. Mulai dari penangan kebakaran, bantuan tim rescue, bantuan masyarakat, dan lain-lain.
14. Fonterra dianggap berhasil dalam melakukan bisnis ramah lingkungan. Pengolahan 2,4 Milliar liter air yang dapat digunakan kembali di site operation mereka, investasi lingkungan hampir 1M USD dalam 5 tahun, inevstasi 8 juta dollar untuk reduksi gas methane.
15. Fonterra berkontribusi pada 25% total nilai eksport New Zealand. Dalam Pendapatan Domestik Bruto, Fonterra memberikan kontribusi 7% dari PDB NZ. Ada 1 koperasi pegang 7% PDB Negara... ya Rabbiy...
16. Fonterra telah berperan untuk membantu para peternak dalam hal pinjaman tanpa kemana lagi.
Fonterra juga bermain di sektor hulu, mereka menyediakan supply untuk peternakan. Pakan, mesin, dan lain-lain. Karena Fonterra milik para peternak, maka harga jual akan mendukung peternak. Toko supply akan memberikan harga terbaik, agar biaya beternak jadi rendah dan murah.
Indonesia bisa mencontoh hal ini. Bayangkan jika kita memiliki koperasi kolektif peternak ayam, lalu sama-sama membangun Rumah Potong Ayam, pengolaham ayam, bahkan sampai sektor hulu... membangun industri penetasan dan pakan. Peternak akan sejahtera.
Konsep ekonomi sejahtera ini kan ada pada sebaran kekayaan. Entitas yang memiliki populasi terbanyak, harus dipastikan mendapatkan kesejahteraan terbaik. Jangan terbalik, yang meraup untung besar adalah pabrik pakan swasta dan industri pengolahan. Dua titik industri hulu hilir ini akhirnya menekan peternak.. menekan petani... entitas petani dan peternak bisa musnah.
Logika ini bisa dibawa kemana-mana.
Para petani dengan industri pengolahan gabah jadi beras..
Para nelayan dengan industri pengolahan ikan jadi sarden....
Para petani karet dengan industri pengolahan karet jadi ban...
Jika semuanya bisa dilakukan dengan kekuatan kepemilikan kolektif, maka petani akan digdaya, peternak akan digdaya, nelayan akan digdaya. Bahkan jika dilanjutkan hingga koperasi kolektif di sisi distribusi, kekuatan sebaran kekuatan ekonomi akan lebih merata.
B. Manajemen profesional pada perusahaan kolektif koperasi.
Isu koperasi di Indonesia ini lumayan menantang. Mulai kabar bawa lari uang anggota, hingga manajemen yang amburadul pada proses bisnis koperasi. Berikut solusi sederhana dari permasalahan yang sering muncul tersebut.
Anggota terlalu sedikit. Konsep koperasi ini adalah perlawanan kepada hegomoni perusahaan besar yang terkadang tidak berperasaan. Karena mereka punya modal besar, jadi seenaknya memperkaya diri sendiri. Mekanisme pasar terbuka selalu berpihak pada pemilik modal besar.
Jila anggota Koperasi hanya 100 orang, dan patungan 1 juta. Ya gak kemana-mana ini perlawanannya. Tapi jika kita bicara 10.000 anggota.. 50.000 anggota... 100.000 anggota... 1 juta anggota.. ini baru kekuatan. Jadi koperasi Indonesia ini ada masalah pada jumlah.
Yang kedua adalah masalah manajemen profesional. Harusnya koperasi meng-hire profesional yang benar-benar mampu melakukan eksekusi dalam bisnis. Sangat diluar nalar jika CEO bisnis milik Koperasi harus bergaji UMR. Koperasi harus berani bayar profesional dalam jumlah yang signifikan, agar proses bisnis koperasi BERES.
Yang jago ngumpulin orang dan uang, berhenti saja sampai mobilisasi dana. Setelah itu serahkan manajemen pada sosok profesional. Bagi-bagi kerjaan sesuai kapasitas. Sehingga bisnis beres.
Kebanyakan di koperasi Indonesia, para anggota saling memilih pengurus, akhirnya manajemen terjadi karena cabutan, bukan beauty contest. Harusnya BOD perusahaan itu beauty contest.
"Kami punya 100M, Anda bisa bikin perusahaan penetasan ayam DOC gak? Harganya segini outputnya... uangnya segini.. sanggup gak?" .... cukup sampai disini bicaranya para anggota. Serahkan ke ahlinya.
C. Koperasi dengan fikiran maju kedepan.
Yang bikin Fonterra maju salah satunya karena mereka belanja penelitian dalam jumlah yang besar. Jadi ada para ahli ilmuwan yang terus mikir, terus mengembangkan temuan.
Bagaimana agar sapi sehat.
Bagaimana agar rumput tumbuh berkesinambungan.
Bagaimana agar air dapat recycle.
Bagaimana agar lahan gak rusak.
Bagaimana agar gas methane dari tinja gak over poluted.
Bagaimana..
Bagaimana..
Bagaimana..
Ada yang meneliti, jadi peternak tinggal implementasi, terbantu riset si Koperasi.
D. Pemerintah faham strategisnya koperasi.
Coba bayangkan, ada koperasi yang pegang 25% market eksport. Dan pegang 7% kontribusi Pendapatan Domestic Bruto, atau Gross National Product (GNP).
Karena koperasi, laba akan tersebar, hasil bisnis akan tersebar masif ke pemilik saham kolektif. Jika anggotanya 100.000, maka akan tersebar ke 100.000 orang. Ini baru namanya SEJAHTERA. Karena kekayaan merata.
Bayangkan jika ada anak bangsa negeri ini yang membangun Koperasi semacam FONTERRA di berbagai sektor.
1 koperasi pertanian khusus beras
1 koperasi perikanan khusus tuna
1 koperasi perkebunan khusus durian
1 koperasi peternakan khusus sapi pedaging
1 koperasi peternakan khusus susu sapi
1 koperasi peternakan khusus ayam
1 koperasi aviasi khusus kepemilikan seluruh pesawat yang terbang di negeri ini...
Anggaplah ada 10 Koperasi yang sehebat Fonferra. Bisa jualan ke 100 negara. Jika masing-masing menyumbang 7% PDB, maka 70% PDB akan dikuasai KOPERASI. Maka 70% putaran uang dapat dipastikan KEMBALI KE RAKYAT KECIL!!!
ya silakan perusahaan besar tetap ada, silakan beroperasi, biarkan mekanisme pasar yang fair.. yang menentukan.
Ketika 70% putaran kekayaan negara berputar di mayoritas anak negeri, otulah negeri yang berdaulat. Adanya perusahaan keluarga konglomerasi silakan ada, tapi perimbangan sebarannya tidak jomplang. Silakan kuasai 20% PDB.. 10% sisanya belanja negara.. 70% nya ke Koperasi. Sah-sah saja...
Jika Saya ada di posisi pemerintah, Saya akan memperkaya koperasi, membangun regulasi pro koperasi, karena kalo Koperasi tumbuh, kesejahteraan menyebar.. efeknya ke daya beli.. kecerdasan merata... politik stabil... enak lah pokoknya.. gak repot ngurus negara jika banyak Koperasi negeri sekelas Fonterra. TOP.
E. Mulai membangun kesamaan visi dan hati
Membangun gerakan kolektif ini butuh proses. Fonterra ini tegak dari 1871. Ha ha ha... kebayang usianya berapa. Semoga Anda gak dongkol ketika tahu ini. Iya.. dari 1871.
Membangun kebersamaan...
Membangun kewarasan...
Membangun sangka baik...
Membangun sistem yang bisa mengontrol sesama...
Membangun harapan...
Membangun saling percaya...
Membangun kecerdasan finansial...
Membangun keharmonisan...
Semua ini menjadi butuh energi.. butuh waktu.. dan butuh orang-orang yang ngotot dan tekun...
Walau lama.. bukan berarti gak mungkin... Saya yakin, dengan teknologi informasi... akses pengetahuan yang baik.. dan gerakan sosial yang mulai merebak dimana-mana.. hal ini dapat terealisasi.
****