Indikator Kebahagiaan Dunia

TUJUH INDIKATOR KEBAHAGIAAN DI DUNIA:

1. QOLBUN SYAKIRUN (hati yg selalu bersyukur). Artinya selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.(QS 13:28, 2:152, 16:18, 34:14, 55:13, 14:7)

2. AL-AZWAJU SHALIHAH (pasangan hidup yang sholeh). Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan, suasana rumah dan keluarga yg sholeh pula(QS 51:49, 17:32, 24:32, 24:26)

3. AL-AULADUL ABRAR (anak yg sholeh/sholehah). Do'a anak yg sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah SWT, berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh/sholehah.(QS 17:23, 31:14, 46:15, 29:8, 25:74)

4. AL-BAIATU SHOLIHAH (lingkungan yg kondusif untuk iman kita). Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang sholeh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah.(QS 4:69, 51:55, 26:214, 5:2)

5. AL-MALUL HALAL (harta yang halal). Bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi bersih, suci dan kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup. Berbahagialah orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.(QS 2:267, 43:36-37, 2:269, 2:155)

6. TAFAKUH FID-DIEN (semangat untuk memahami agama). Dengan belajar ilmu agama, akan. semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada Allah SWT dan Rasulnya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.(QS 45:20, 3:138, 5:16, 4:174, 2:269)

7. UMUR YANG BAROKAH
Artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang2 yang barokah umurnya. (QS 2:96, 35:37, 36:68, 225).

terkenal di langit dan bumi

📝  RENUNGAN HIKMAH ....

ﺃﺧﻔﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻘﺒﻮﻝ ﻟﺘﺒﻘﻰ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻞ.                                                                و أبقى باب التوبة مفتوحا ليبقى الإنسان على أمل

Allah Merahasiakan  terkabulnya amal/do'a, agar hati tetap berada dalam rasa takut..                                           
Dan Allah senantiasa membuka pintu taubat, agar setiap orang tetap ada harapan..

ﻭﺟﻌﻞ ﺍﻟﻌﺒﺮﺓ ﺑﺎﻟﺨﻮﺍﺗﻴﻢ : ﻟﺌﻼ‌ ﻳﻐﺘﺮ ﺃﺣﺪ ﺑﺎﻟﻌﻤﻞ

Dan Allah jadikan husnul khatimah sebagai ukuran kebaikan, agar tiada seorang pun tertipu dengan amalnya

ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺸﻜﻞ ﻭﺍﻟﺠﺴﻢ ﺃﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻭﺡ….
ﻣﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺮﻭﺡ ﺗﺼﻌﺪ ﻟﻠﺴﻤﺎﺀ…..ﻭﺍﻟﺠﺴﻢ ﻳﺪﻓﻦ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ!!

Seandainya rupa dan tubuh itu lebih penting dari ruh,  maka ruh tak akan naik ke langit…dan tubuh tidak akan dikubur di tanah!!

ﻛﻢ ﻣﻦ ﻣﺸﻬﻮﺭ ﻓﻲ ﺍﻸ‌ﺭﺽ
ﻣﺠﻬﻮﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ…                                  و كم من مجهول فى الأرض معروف فى السماء

Betapa banyak orang yang terkenal di bumi, tapi tidak dikenal di langit

Dan betapa banyak orang yang tidak dikenal di bumi, tapi terkenal di langit.

ﺍﻟﻤﻌﻴﺎﺭ ﺍﻟﺘﻘﻮﻯ ﻭﻟﻴﺲ ﺍﻸ‌ﻗﻮﻯ
"ﺇﻥ ﺃﻛﺮﻣﻜﻢ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺗﻘﺎﻛﻢ "

Tolak ukur kemuliaan adalah ketakwaan, dan bukan kekuatan!
"Sesungguhnya yg paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa"

ﻻ‌ ﺗﺤﺰﻥ ﺇﻥ ﺟﻬﻠﻮﺍ ﻗﻴﻤﺘﻚ
ﺍﻟﺘﻔﺖ ﺇﻟﻰ ﻗﻴﻤﺘﻚ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ…
ﻭﺩَﻉ ﺍﻟﺒﺸﺮ !!!

Jangan bersedih jika manusia
tidak mengenal
kedudukanmu..
Fokuskan diri agar meraih kedudukan tinggi di sisi Allah... 
Dan  jangan pernah peduli dengan penilaian orang...

Baarakallahu fiikum jamii'an.  
Semoga bermanfaat

nafsu tersembunyi.

Renungan sebelum tidur

■ ■ NAFSU TERSEMBUNYI ■ ■

Beberapa pakar sejarah Islacccm meriwayatkan sebuah kisah menarik. Kisah Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3 Hijriah dari kota Basrah, Irak.

Menuturkan lembaran episode hidupnya, Ahmad bin Miskin bercerita:

Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah. Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak. Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.

Maka aku berazam untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. Akupun berjalan jalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.

Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan kondisiku. Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata: "berikan makanan ini kepada keluargamu."

Di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan seorang wanita fakir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:

"Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan siksa lapar. Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan."

Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan akalku dalam khayalan ukhrowi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.

Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku. "Ambillah, beri dia makan", kataku pada si ibu.

Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun dinar atau dirham kumiliki. Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.

Spontan, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.

Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku, sementara beban hidup terus bergelayutan dipikiranku.

Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah.

Dalam posisi seperti itu, tiba tiba Abu Nashr terbang kegirangan mendatangiku.

"Hei, Abu Muhammad! Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?", tanyanya.

"Subhanallah....!", jawabku kaget. "Dari mana datangnya?"

"Tadi ada pria datang dari Khurasan. Dia bertanya tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya. Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta", ujarnya.
"Terus?", tanyaku keheranan.
"Dia itu dahulu saudagar kaya di Bashroh ini. Kawan ayahmu. Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun. Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu.

Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan. Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melajit sukses. Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan.

Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.

Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis. Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya."

Mengisahkan awal episode baru hidupnya, Ahmad bin Miskin berujar :

"Kalimat puji dan syukur kepada-Nya berdesakan meluncur dari lisanku. Sebagai bentuk syukurku, segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi. Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.

Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, santunan dan berbagai bentuk amal salih. Adapun hartaku, dia terus bertambah ruah tanpa berkurang.

Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal salihku. Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan. Ada semacam harapan pasti dalam diri, bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.

Suatu malam, aku tidur dan bermimpi.
Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat.
Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain.

Aku juga lihat, badan mereka membesar. Dosa dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memanggul dosa dosa itu masing-masing di punggungnya.

Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besar seukuran KOTA (kota tempat tinggal, pent), isinya hanyalah dosa-dosa dan hal hal yang menghinakan.

Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.

Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu daun timbangan, sedangkan amal baikku di daun timbangan yang lain. Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku.

Tapi ternyata, perhitungan belum selesai. Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.

Namun alangkah ruginya, ternyata dibalik semua amal itu terdapat NAFSU TERSEMBUNYI. Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih. Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu nafsu itu.

Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.

Tiba-tiba, aku mendengar suara, "masihkah orang ini punya amal baik?"

"Masih", jawab seseorang. "Masih tersisa ini."

Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa?
Aku berusaha melihatnya. Ternyata, itu HANYALAH dua lembar roti isi manisan yang pernah kusedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya.

Habis sudah harapanku.
Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi jadinya.

Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku, sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah (100 dinar = +/- 425 gram emas), dan itu tidak berguna sedikit pun. Aku merasa benar benar tertipu habis habisan.

Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku. Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan kejelekan.

Tak sampai disitu, tenyata masih ada lagi amal baikku. Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah. Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku. Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.

Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus turun. Hingga akhirnya aku mendengar seseorang berkata, "Orang ini telah selamat."

Adakah terselip dlm hati kita hawa nafsu ingin dilihat hebat oleh org lain pada amal-amal perbuatan kita?

Buang sekarang keinginan itu.. biarkan hanya untuk Allah saja. Karena segala sesuatu yang selain karena-Nya hanya tipuan kosong belaka.

anak yang barokah

Studium Generale
Parenting Nabawiyah
Akademi Keluarga Mustawa 2
Jumat, 27 November 2015
Oleh Ustadz Budi Ashari, Lc
Di Startup Center Depok

Resume oleh Niswah Ummu Faaid

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً تَكُونُ مِثْلَ الْمُسْلِمِ وَهِيَ النَّخْلَةُ

Sesungguhnya di antara jenis pohon ada yang seperti seorang Muslim (keberkahannya), yaitu pohon kurma. [HR. Bukhari No.5028].

Menanam pohon kurma membutuhkan keyakinan bertahun-tahun hingga nantinya bisa berbuah manis. Tanpa rekayasa genetika, kurma yang ditanam dari biji baru akan berbuah pada tahun kedelapan. Inilah buah kesabaran dari petani kurma. Namun keyakinan dan kesabaran dalam menanam kurma, kelak akan terbayar dengan hasil yang dicapai. Bayangkan, hasil satu pohon kurma selama satu tahun kira-kira setara dengan satu hektar padi jika diuangkan. Satu hektar padi rata-rata memberikan keuntungan 4 juta rupiah dalam satu musim tanam (4 bulan). Jika setahun sekitar 12 juta/hektar. Sedangkan satu pohon kurma dalam setahun menghasilkan 80 kg buah kurma. Jika ruthob dijual Rp. 150.000/kg saja maka menghasilkan 12 juta rupiah/pohon/tahun. Itu baru satu pohon kurma, bagaimana jika satu hektar kurma? Masya Allah...

Pohon kurma dapat hidup selama ratusan tahun, dan terus menerus memberikan buahnya saat panen tanpa perlu kita menggantinya dengan tanaman baru setiap musim. Tanpa perlu kita mengolah tanah kembali setiap musim. Pohon kurma mudah perawatannya. Jika penanaman sawit dalam skala luas merusak ekosistem, maka penanaman kurma dalam skala besar memunculkan mata air, seperti oase di padang pasir.

Keyakinan dan kesabaran seperti menanam kurma itulah bekal kita mendidik anak. Setiap muslim dalam setiap fase kehidupannya seharusnya mempunyai keberkahan, seperti keberkahan pohon kurma sepanjang hidupnya.

Begitu juga dengan hadirnya anak sebagai qurrota a'yun, penyejuk pandangan. Maka sepanjang usia anak seyogyanya terasa manis, menyejukkan, dan bermanfaat bagi orangtuanya. Jika ada anak yang bermasalah, mengesalkan, terasa sepet bagi orangtuanya, maka ada yang salah dalam mendidiknya.

Maka marilah kita belajar melalui keberkahan pohon kurma. Pohon kurma melewati 6 fase sejak keluarnya mayang (thala') hingga kurma kering (tamr).

1. Thala' (mayang) diibaratkan usia bayi 0-2 tahun. Fase ini, thala' berwarna krem, aroma dan fungsinya sama seperti sperma manusia. Satu pohon kurma jantan thola' dapat menyerbuki 20 pohon kurma betina. Namun mengapa jika kita menanam biji kurma, rasio pohon jantan : betina kira-kira 1:1? Jawabannya karena Allah memberikan keberkahan melalui thala' ini. Thala' bermanfaat untuk kesuburan manusia maupun hewan. Satu pohon jantan dapat menyerbuki 20 pohon betina, selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kesuburan manusia dan ternak.

Bagi anak, fase 0-2 tahun ini merupakan fase penyusuan sempurna. Menyusu langsung agar ia mendapatkan kenyamanan dan ikatan hati. Tentu saja kehadirannya secara fitrah membahagiakan kedua orangtuanya.

2. Fase kholal, ibarat anak usia 2-7 tahun.
Berwarna hijau, masih berupa pentil kurma. Rasanya sepet. Kurma hijau (pentil) juga dimanfaatkan untuk kesuburan. Fase ini terasa menyenangkan dalam pandangan walaupun belum terasa manis. Seperti itulah anak usia 2-7 tahun, menyenangkan dalam pandangan.

3. Fase balah, diibaratkan anak usia 7 tahun. Warnanya semburat merah, rasanya sepet-sepet manis seperti salak. Usia 7 tahun ini diberi tempat khusus, yaitu diperintahkan untuk sholat secara benar. Pada usia 7 tahun ini pembiasaan ibadah benar-benar diperhatikan dengan keteladanan dari orangtuanya.

4. Fase busr, seperti anak usia 10 tahun. Berwarna kuning, mulai terasa enak. Pada usia ini jika anak tidak sholat maka pukullah dengan pukulan yang mendidik. Evaluasi ibadah dan ruhiyahnya.

5. Fase ruthob (kurma masak), ibarat anak usia baligh.
Ruthob berwarna kecoklatan, rasanya manis sempurna dan enak, namun mudah rusak.

Dengan pembiasaan ibadah dan akhlak pada fase sebelumnya, fase baligh ini sudah saatnya memanen hasilnya. Anak sudah punya kewajiban ibadah. Jika pembiasaan pada fase sebelumnya berjalan dengan baik, maka pada fase ini anak akan melaksanakan kewajibannya dengan kesadaran sendiri.

Banyak orang beranggapan bahwa usia baligh ini usia labil dimana anak susah diatur. Padahal sebagai qurrota a'yun, di segala usia anak fitrahnya menyejukkan pandangan orangtua. Manisnya iman atas pendidikan yang benar dalam fase sebelumnya bisa dilihat di fase ini. Namun sifatnya seperti ruthob, mudah rusak. Maka perlu dijaga dan dinasihati agar tetap menjaga Allah dalam setiap aktivitasnya.

6. Fase tamr / kurma kering, ibarat pemuda (ar-rusyd). Berwarna hitam, mengandung nutrisi lengkap, rasanya manis.

Di usia ini, pemuda harus sudah siap berdaya guna. Tidak ada istilah usia remaja (10-19 tahun versi BKBBN) dimana umumnya digambarkan sebagai usia yang labil dan susah diatur. Dalam masa kejayaan Islam, rata-rata pemuda 19 tahun sudah bisa menjadi orang hebat bahkan ulama besar. Begitu pula seharusnya masa kini.

Indikator usia pemuda ada tiga : mampu menyimpan, membelanjakan, dan mengembangkan uang. Jika sudah bisa melaksanakan indikator tersebut, maka di usia rusyd ini ia sudah bisa menerima beban tanggung jawab, termasuk menikah. Jika ia sudah mampu dalam ketiga indikator tersebut, maka nikahkanlah agar bisa berkarya lebih besar.

-------
👉Ada dua dari enam fase kurma yang disebutkan dalam Alquran, yaitu thola'/mayang (QS Qof:10) dan ruthob (QS Maryam:25). Artinya, dalam usia penyusuan dan baligh, anak harus benar-benar diperhatikan.

👉Usia 7-12 tahun adalah masa kanak-kanak yang tenang. Beri bekal ruhiyah yang kuat agar ia memiliki akhlak mulia sebagai bekal bersosialisasi dengan teman-temannya.

Ini merupakan usia tamyiz yaitu fase menjelang baligh. Di usia tamyiz, anak bisa membedakan mana baik dan mana buruk termasuk dalam memilih teman. Di usia tamyiz, ia bersiap-siap menjadi orang dewasa.

Usia 7-12 tahun anak-anak sudah bisa bersikap amanah, jujur, dan adil. Jika ada indikator yang tidak terpenuhi, maka perlu dievaluasi.

Masa kanak-kanak yang tenang ini perlu dididik life skill untuk mengasah bakat dan keterampilannya. Tapi bukan semata-mata untuk menghasilkan uang. Belum saatnya 'panen' lebih awal. Ini hanyalah pembelajaran agar bisa survive di masa depan. Jika dipaksakan 'panen', maka kelak akan sepet buahnya, bukan manis.

Maka tetaplah dalam keyakinan dan kesabaran yang kuat dalam mendidik anak-anak. Tugas orangtua adalah menanamnya dengan baik, membekali anak dengan tauhid agar kelak berbuah manis dengan izin Allah.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit," (QS: Ibrahim Ayat: 24)

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

"Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS: Ibrahim Ayat: 25).

Wallahu a'lam bishshowab.
Semoga bermanfaat
Depok, 1 Desember 2015

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan