Inspirasi dr seorang orangtua

*Assalamu'alaikum*

Reading...,
IBU OPTIMIS

Suatu hari di dalam sebuah obrolan ringan, saya sempat bertanya pada suami, "Ibunya Pak Habibie itu kayak gimana sih ya? Pingin deh tahu tentang apa yg sudah beliau lakukan sampai anaknya 'jadi orang' begitu?". Saya mencoba mencari buku "BJ Habibie, Mutiara Dari Timur" yg pernah saya baca 20 tahun lalu dari rak buku Papa, mencoba menemukan jawabannya, tapi tak ketemu juga buku itu.

Lama waktu berselang, sekitar setahun sejak ngobrol santai itu, suamiku mengirimkan pesan lewat Whatsapp sambil menyertakan secuplik rekaman suara. Rupanya rekaman suara Pak Habibie di acara Mata Najwa edisi Ulang Tahun Pak Habibie ke-80. "Itu jawaban yang dari dulu kamu cari-cari", katanya saat mengirimkan saya rekaman suara itu.

Benar saja, di acara Mata Najwa, Pak Habibie bercerita tentang ibunya yang sangat optimis, tegar dan hebat. Pak Habibie mengenang situasi saat ayahnya meninggal dunia, ibunya bersumpah di hadapan halayak yg hadir saat itu bahwa akan membesarkan anak-anak termasuk yg di dalam kandungan dengan tangannya sendiri, serta berjanji akan mengantarkan semua anaknya menjadi orang yg berguna bagi bangsa dan agama. Doa dan tekad seorang ibu optimis.

Pak Habibie juga bercerita tentang pengalaman pertamanya merantau. Saat usia 14 tahun, Rudy Habibie remaja diantar ke pelabuhan untuk merantau ke Jakarta. Saat menyaksikan Rudy Habibie yg menangis tak mau berpisah dengan ibunya, ibu RA Tuti Marni Puspowardojo itu bilang, "Rudy sedih? Mami lebih sedih lagi, tapi Mami harus lakukan ini demi masa depanmu". Lagi-lagi, bu Tuti rupanya bukan tipe ibu-ibu galau seperti saya, yg anak masuk sekolah pertama saja cemasnya minta ampun. Betapa dari certia Pak Habibie itu, tergambar sangat keberanian dan kebesaran hati seorang ibu optimis. Ditinggalkan suami dengan 8 anak yg masih kecil-kecil, tetapi masih bisa berpikir jernih, tegar, dan visioner. Luar biasa!

Selesai dari Mata Najwa, kehebatan ibu Tuti muncul lagi dalam beberapa scene yg saya saksikan di film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2). Bagaimana ia dengan sangat bijaksana membangkitkan semangat Rudy muda saat di titik terendah dalam perjalanan studinya dan kehidupannya di negeri seberang. "Mami yakin Rudy pasti bisa, tunjukkan kamu sebenernya", ucapan sang ibu itu hanya berbalas tangisan pilu sang anak di rantau. Pun ketika ditanya orang tentang Rudy yg akan membuat pesawat terbang, sang ibu dengan gagah dan optimis mengoreksinya "Rudy bukan mau bikin pesawat terbang, tapi INDUSTRI pesawat terbang", katanya mantap.

Sekarang, kita jadi tahu, betapa ada ibu yg luar biasa yg membesarkan seorang Habibie kecil itu menjadi orang yg besar. Doa, optimisme, dan tekad membaja dalam membesarkan anak untuk menjadi orang yg berguna bagi bangsa dan agama, kiranya terkabul sudah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin banyak menjumpai peristiwa serupa Ibu Tuti dan Rudy Habibie tadi. Tak jarang kita dengar kisah dari kawan, saudara, atau orang yg baru kita kenal sekalipun, tentang doa-doa dan harapan seorang ibu pada anaknya yg kemudian menjadi kenyataan. Bahkan kadang, tak perlu jauh-jauh, bisa jadi hal serupa terjadi pada perkataan orang tua kita sendiri.

Saya ingat, ketika dulu berada di kebingungan menjelang lulus SMA, saya bertanya pada Mama tentang kemana saya kelak akan berkuliah. Rupanya Mama dengan penuh percaya diri bilang, "Kata Mama mah teteh nanti masuk UI, jadi alumni UI, pokoknya berprestasi di UI".  Lha.. Saya cuma nyengir saja. Sebagai anak SMA di Bandung, UI tidak pernah ada dalam pikiran, cita-cita saya waktu itu kalau tidak ITB ya Unpad. Apa daya ternyata pada akhirnya saya harus akui ternyata Allah lebih ridho pada doa Mama.

Hal yg sama dialami pula oleh suami saya. Dulu, jauh hari sebelum suamiku itu lulus kuliah sarjana, Ibu yg saat itu di Melbourne menemani Bapa di tengah studi doktoral, pernah bekerja sampingan sebagai cleaner di KJRI Melbourne. Waktu itu ibu bilang, "suatu hari Aa akan duduk di sini", sambil menunjuk kursi Konjen Melbourne yg ia bersihkan. Sidqi, suamiku itu rupanya tak pernah bercita-cita jadi diplomat meski ia berkuliah di jurusan hubungan internasional. Menjadi dosen di kota adem ayem sepeti Jogja sepertinya lebih ia senangi, ketimbang menjadi Diplomat -  PNS Kementrian Luar Negeri -  dan tinggal di kota macet dan padat sepeti Jakarta dan Depok. Lagi-lagi, rupanya Allah mengabulkan doa Ibu untuknya, bukan jadi konjen Melbourne sih, tapi betul terkabul jadi diplomat. Hehe.

Saya jadi berpikir, saya punya doa apa untuk anak-anak saya? Saya punya keyakinan sebesar apa pada masa depan anak-anak saya? Seberapa besar rasa percaya diri saya akan keberhasilan anak-anak saya kelak? Ketika anak saya belum bisa baca sementara anak tetangga sudah bisa, saya galau. Ketika anak saya masih malu-malu tampil di atas panggung sementara anak lain tampil penuh percaya diri, saya cemas. Ketika anak-anak lain seusia anak saya bertubuh lebih tinggi dan besar, saya khawatir. Ketika anak saya bertingkah tak menyenangkan sementara anak lain tampak sangat manis, saya iri. Aaaaah... Dan masih banyak lagi rupanya hal lain yg saya khawatirkan. Sampai-sampai di tengah kesal, sempatnya batin terpikir, "mau jadi apa kau nanti, Nak?". astaghfirullah...

Memang, adalah manusiawi rasanya ketika kita sedih, khawatir, dan mencemaskan masa depan anak-anak kita. Akan tetapi, dari siapa lagi keyakinan itu muncul jika tidak dimulai dari kita sendiri, ibunya, bukan? Seseorang yg telah mengandungnya, melahirkannya, menyusuinya, mendidiknya, menemani hari-harinya, dan seterusnya. Jika kita saja pesimis, pada siapa lagi anak-anak berharap optimisme itu? Padahal, optimisme Ibu kiranya semacam doa tanpa penghalang pada Sang Maha Pengabul Doa. Karena itu, ditengah segala cemas takut dan ragu, tidak kah kita yg seharusnya menjadi orang pertama yg harus yakin akan kesuksesan dan keselamatan ananda untuk dunia dan akhiratnya?

Ibunda Pak Habibie, Mama, dan Ibu, mungkin hanya sedikit contoh kecil saja dari para ibu optimis itu. Optimisme dan doa dari Ibu yg seperti apa? Mungkin tak pada semua Ibu, tetapi ada pada ibu yg syurga tak hanya ada di telapak kakinya, tetapi senantiaa menjaga kebaikan dalam ucapan, perbuatan, dan teladan tingkah lakunya. Kiranya Allah ada bersamanya.

Serang,
19 Juli 2016
Mia Saadah

Hasil bc

www.msfirmansyah.blogspot.com
www.baitulquran-magetan.com

Living Long. Living Good

Morning Inspiration

Dr. Shigeaki Hinohara bukan dokter biasa. Dia adalah aset nasional Jepang! Lahir tahun 1911, ia berusia 105 pada tahun ini, 2016. Dia mungkin merupakan dokter dan pendidik tertua & terlama di dunia. Dr.Hinohara telah menerbitkan lebih dari 150 buku, salah satunya adalah best-seller "Living Long, Living Good" yang terjual lebih dari 1,2 juta copy.

Ini adalah protokol menyegarkan dari Dr. Hinohara mengenai hidup dengan umur panjang dan bahagia, yang bebeda dari panduan gaya hidup sehat pada umumnya.

1. "Energi berasal terutama dari perasaan yang baik."

Anak2 sering ber-senang2 sampai lupa makan atau tidur. Kita harus meniru anak2, mengurangi aturan seperti waktu makan dan waktu tidur. Have more fun!

2. "Jangan kelebihan berat badan."

Orang2 yang berumur panjang tidak overweight. Dr. Hinohara berhati-hati dengan makanannya. Untuk sarapan, dia minum kopi & susu, jus jeruk + 1 sendok makan minyak zaitun. Ia percaya zaitun sangat bagus untuk arteri & kesehatan kulit. Untuk makan siang ia minum susu dengan beberapa kue atau tidak sama sekali kalau sangat sibuk. Untuk makan malam, ia memilih sayuran, ikan & nasi. Dan 2x seminggu, dia 'menghadiahkan' dirinya dengan 100g daging.

3. "Selalu membuat rencana ke depan."

Dr.Hinohara selalu membuat jadwal setahun, dengan ceramah, kerja di RS dan pertemuan2. Ia suka menghibur dirinya dan merencanakan menghadiri Olimpiade Tokyo thn 2020!

4. "Anda tidak harus pensiun."

Jika anda ingin pensiun, lakukanlah pada usia yang lebih tua, bukan di umur 65.

5. "Berbagilah apa yang Anda ketahui."

Dr.Hinohara memberikan 150 kuliah setahun, beberapa bahkan untuk anak2 SD dan komunitas bisnis. Ia memberikan kuliah sambil berdiri sampai 90 menit. Dia percaya berdiri membuatnya kuat.

6. "Jangan percaya semua yang dikatakan/dianjurkan dokter Anda."

Dokter tidak dapat menyembuhkan semua orang. Sering penyakit itu bersifat individual

7. "Agar tetap sehat, pilhlah tangga daripada lift dan bawa sendiri barang2 Anda."

Ini adalah bentuk latihan kaki dan otot-otot paha.

8. "Carilah inspirasi."

Dr.Hinohara terinspirasi oleh puisi Robert Browning "Abt Vogler" yang menyarankan untuk merencanakan sesuatu yang besar bahkan yang anda tidak bisa menyelesaikannya saat masih hidup.

9. "Rasa sakit itu misterius."

Cobalah mengatasi rasa sakit dengan melupakannya. Jika seorang anak kecil sakit gigi, dan Anda mengajak dia bermain, ia akan segera melupakan sakitnya. Di rumah sakit Dr. Hinohara, ada terapi musik dan kelas seni.

10. "Jangan mabuk dengan materi."

Tidak ada yang tahu sampai kapan Anda hidup, dan Anda tidak dapat membawa apa2 ketika meninggal.

11. "Ilmu saja tidak dapat menyembuhkan orang."

Ilmu memperlakukan sama semua orang, padahal penyakit bersifat individual. Untuk dapat menyembuhkan seseorang, dokter perlu lebih liberal dan visual.

12. "Hidup sukar diduga dan penuh dengan insiden."

Ketika berusia 59 tahun, Dr. Hinohara berada di pesawat yang dibajak. Ia diborgol 4 hari di tempat duduknya di bawah panas 40 derajat. Ia menganggap itu sebagai eksperimen dan kagum bagaimana tubuhnya beradaptasi dengan situasi krisis.

13. "Carilah model peran."

Salah satu model peran Dr.Hinohara adalah ayahnya yang pergi ke Amerika tahun 1900 untuk belajar di Duke University. Kita harus punya tujuan untuk mencapai lebih dari yang 'bisa' dicapai.

14. "Hidup lama itu sangat menyenangkan."

Dalam usia lanjut, kita harus berusaha melayani masyarakat. Sejak usia 65, Dr. Hinohara telah bekerja sebagai sukarelawan. Dia masih aktif 18 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan ia menikmati setiap menit dari hidupnya.
Hidup adalah anugerah Tuhan muliakan DIA dgn segala yg dititipkan pdmu
Have a wonderful life all 💕
Salam Hidup Mantap.

www.msfirmansyah.blogspot.com
www.baitulquran-magetan.com

#Sadar Kaya


MENTAL KAYA...
by ippho santosa......


Pernahkah
sesama orang pelit
bersatu, misal membuat asosiasi atau komunitas?

Hehe..
nggak pernah.

Ternyata
orang pelit saja
nggak suka sama orang pelit lainnya.
Betul?

Apalagi
orang dermawan!

Orang pelit,
adakah gunanya?

"Orang dermawan dan orang pelit, semuanya berguna bagimu.

Orang
dermawan,
memberimu pertolongan.

Orang pelit,
memberimu pelajaran.

Siapkan dirimu. Sesederhana itu."

Demikianlah pesan guru saya beberapa tahun yang lalu.

Sebelum anda mengikuti pesan-pesan pada tulisan ini, ada baiknya anda memilih posisi duduk yang nyaman.

Bukan apa-apa.
Agar tulisan berikut bisa anda nikmati dan hayati sepenuh hati.

Boleh?

Dan ini
pertanyaan pertama saya:

anda
pilih mana,
mentraktir atau ditraktir?

Begini...

Kalau
kita minta2,
otak bawah sadar
akan merekam,

"Aku
tidak mampu
dan pantas dikasihani."

Kemampuan kita akan melemah.

Sayangnya, betapa banyak orang di sekitar kita yang bersikap begitu.

Jangan-jangan anda juga termasuk, hehehe.

Hm, ngarep-ngarep ditraktir, malu dikit napa?

Ayo
miliki
#MentalKaya!

Diberi,
yah terima.

Nggak diberi,
jangan ngarep-ngarep,
jangan minta-minta.

Nabi Muhammad sering diberi hadiah dan itu diterima oleh Nabi.

Tapi, Nabi nggak pernah minta-minta.

Harga diri pun terjaga.

"Sesiapa yang meminta sesuatu kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka ia telah memakan bara api,"
(HR Ahmad)

Traktir dong!
Minta dong!
Gratis dong!
Oleh-oleh dong!

Pernah mendengar kalimat-kalimat itu?

Sering kayaknya.

Awal-awalnya cuma iseng, lama-lama jadi kebiasaan. Berurat-berakar.

Ketika kemudian diingatkan, sudah tidak mempan lagi.

Misal :
kita perlu
atau mau sesuatu,
tapi nggak punya uang, terus gimana?

Yah kerahkan tenaga.

Umpama,
anda ingin nonton konser Afgan atau Wali,
tapi nggak punya uang.

Yah kerahkan tenaga.

Dekati panitianya dan jadilah penjual tiketnya (reseller).

Begitu terjual 5 atau 10 tiket, sepertinya anda boleh masuk secara cuma-cuma.

Sekali lagi,
~ kerahkan tenaga anda,
~ berikan jasa anda.

Bukan memelas apalagi memamerkan kemiskinan.

Maaf,
ini contoh saja.
Agar anda dan saya punya mental kaya.

Oleh
karena itu,
Janganlah minta2 pulsa,
apalagi minta-minta saham. Maaf, sedikit ngelantur, hehehe.

Ingat ini.
Walaupun kaya,
tapi ia masih minta-minta pada sesama dan mempermalukan diri,

itulah mental miskin.

Kalau
mental kaya?
Walaupun belum kaya,
ia terus berbagi dan menjaga harga diri.

Anda pilih mana?

Saya menulis ini bukan untuk nyinyir atau nyindir siapapun.

Apalagi saya pribadi pernah hidup miskin selama belasan tahun.

Satu hal lagi.

Sahabat sejati akan selalu men-support bisnis temannya.

Ini juga mental kaya.

Bukannya malah murah-murahin. Sekiranya teman ngasih diskon,
yah terima.

Te-ri-ma.

Tapi kita jangan minta-minta apalagi sampai murah-murahin.

Kan kasihan teman kita.

Wong bisnisnya belum gede-gede amat.

Dulu teman saya buka bisnis ticketing.
Saya pun membeli tiket dari dia. Selalu.
Padahal, kadang harga tiketnya 5% lebih mahal daripada tempat lainnya.

Nggak masalah, saya beli terus. Karena saya bisa memaklumi. Kan dia baru buka usaha, yah wajar kalau harganya belum kompetitif.

Sekiranya saya dukung terus insya Allah harganya akan kompetitif.

Dan benar, itulah yang terjadi kemudian.

Yakinlah...

Bahagia bukan lagi ketika mendapatkan.
Melainkan ketika membagi-bagikan.

Itulah sejatinya mental kaya.

Kalaupun mau minta-minta, cukup kepada Sang Pencipta saja.

Ke
makhluk,
mah jangan.
Apalagi ke tuyul,

hehehe.

Mungkin saat ini anda terpikir untuk men-share tulisan ini.

Yah silakan saja.

Kalau  minta sama suami? Hehehe. Apabila dulu anda sudah meminta sama Allah untuk diberikan suami yang soleh, insya Allah suami yang soleh sudah memberikan sebelum istrinya meminta.

Saya,
Ippho Santosa,
turut mendoakan agar kita semua memiliki mental kaya.

Aamiin.
Juga kaya beneran.

Aamiin.
Insya Allah bisa,
ketika masing-masing kita sudah pantas.

www.msfirmansyah.blogspot.com
www.baitulquran-magetan.com

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan